Pengembangan Jagung Harus Terintegrasi

Jagung telah menjadi komoditas penting di dunia. Kebutuhan jagung dunia juga terus meningkat dengan dijadikannya jagung sebagai alternatif bahan bakar. Kini, jagung tidak lagi hanya dikonsumsi sebagai bahan makanan manusia dan pakan hewan, melainkan telah merambah ke dunia energi yang dibudhkan banyak negara. Indonesia pun dinilai berpeluang untuk memasok jagung dunia.

Namun, hal itu tidak mudah, karena sampai saat ini produksi jagung nasional belum mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri. Hingga akhir tahun 2010, misalnya, impor jagung Indonesia diperkirakan bakal menembus angka 1,3 juta ton. Masih tingginya impor jagung Indonesia tidak terlepas dari kinerja produksi komoditas tersebut yang akhir-akhir ini kurang menggembirakan. Produksi jagung semakin berkurang akibat lahan jagung mengalami susut karena sebagian digunakan untuk ditanami tebu dalam program intensifikasi tebu.

Anton J. Supit, Ketua Pelaksana Harian Dewan Jagung Nasional yang juga salah satu Pengurus Forum Masyarakat Perunggasan Indonesia (FMPI), ketika dihubungi Business News. Rabu (27/10) di Jakarta mengungkapkan Indonesia bakal selalu defisit produksi jagung jika sejumlah kendala klasik seperti kelangkaan pupuk, minimnya gudang penyimpanan, serta buruknya infrastruktur tidak segera dibenahi. Pemerintah, sudah selayaknya menyediakan infrastruktur yang memadai,mulai dari traktor, bibit, hingga peralatan pengering. "Jika perlu pemerintah menyediakan pelabuhan curah untuk jagung."


Pemerintah seharusnya mengembangkan lahan dan produksi jagung secara terintegrasi. Tanaman jagung, perlu dilakukan di provinsi yang terintegrasi dengan industri peternakan, sehingga masalah pakan ternak dan unggas dapat diatasi. "Jagung sebaiknya jangan dikembangkan di seluruh Indonesia, harus dipilih daerah-daerah yang benar-benar akan menghasilkan, dan yang penting dekat pabrik pakan juga."

Yang menjadi pertimbangan, mengapa sentra produksi jagung harus dekat dengan pabrik pakan karena ongkos angkut akan membengkak jika kebun tidak dekat dengan pabrik. Banyak produsen pakan ternak mengeluh ongkos transportasi antar kota jauh lebih mahal dibandingkan transportasi untuk mengimpor jagung. Oleh karena itu, pemerintah harus mencari solusi terkait dengan pakan ternak dan unggas yang harganya sangat fluktuatif.

Beberapa provinsi yang cocok untuk dikembangkan tanaman jagung antara lain Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Banten, Lampung, Sulawesi Selatan, NTB, dan Kalimantan Selatan. Melalui pengembangan jagung yang terintegrasi, diharapkan kendala sulitnya distribusi antar daerah dapat diatasi. "Saat ini masih terdapat wilayah yang kelebihan pasokan, sementara di daerah lain jusru kekurangan. Jika masalah ini tidak ditangani secara komprehensif, produsen pakan ternak akan lebih suka impor biaya angkutnya lebih murah."

Jakarta, 28 Oktober 2010 (Business News)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar