Tas batok kelapa masih berjaya di pasar lokal

Meski tas dari batok kelapa bukan barang baru, produk ini masih diminati banyak kalangan. Buktinya, perajin tas batok kelapa ini masih kebanjiran pesanan, terutama menjelang hari raya. Mereka sampai sekarang masih kewalahan memenuhi permintaan dari pasar lokal.

Banyak pengusaha mendulang untung menjelang hari raya. Begitu juga dengan para perajin tas berbahan baku batok kelapa. 

Seperti yang dialami Anas Faesol, pemilik Patria Handicraft dari Blitar ini. Ia mulai kebanjiran pesanan sebagai persiapan Lebaran nanti. "Saat ini, kami sudah
memproduksi untuk stok penjualan di hari raya," ungkapnya. Anas mengaku, penjualan di hari raya meningkat hingga 40%, dibanding hari-hari biasa.

Maklum, tas dari tempurung kelapa ini memiliki nilai seni yang tinggi. Bahkan, menurut Ollin, salah satu penjual tas batok kelapa di Malang, prospek penjualan produk ini bagus. "Tas ini lebih laris ketimbang tas berbahan alami lainnya," ujarnya. 

Dalam sebulan, Ollin bisa menjual hingga 80 tas yang banyak diminati mahasiswa ini. Ia membanderol tas ini seharga Rp 55.000 per buah. 

Dengan dibantu 60 karyawannya, Anas bisa menghasilkan 80 hingga 120 tas batok kelapa berbagai ukuran. Ia menjual tas mulai Rp 17.000 hingga Rp 171.000. Dalam sebulan, Anas pun bisa meraup omzet antara Rp 50 juta-Rp 70 juta. 

Kebanyakan pembeli yang datang ke Patria Handicraft adalah pedagang grosir yang menjual lagi tas itu ke daerah-daerah di sekitar Yogyakarta, Batam, Makasar dan Samarinda. Penjualan grosir ini pun mencapai 80% dari total penjualan.

Meski pernah mengirim produknya ke Belanda, Anas masih fokus menggarap pasar lokal. "Pasar ekspor belum menjadi tujuan utama, karena kami masih kewalahan memenuhi permintaan dari pasar lokal," tegasnya. 

Pembuatan tas berbahan dasar batok kelapa ini juga tergolong rumit. Ada sembilan tahap pengerjaannya. Mulai dari memotong tempurung, hingga pemasangan puring dan hiasan. "Potongan batok kelapa juga harus diperhatikan, berbentuk kotak dengan ukuran 4,7 cm²," jelas Anas.

Ada dua jenis tas yang diproduksi Patria Handicraft. Yakni, tas batok handel kayu dan tas goni handel kayu. Jika tas batok handel kayu menggunakan potongan batok kayu yang disusun dengan tali, dalam tas goni batok kelapa hanya ditempelkan saja. 

Ia pun masih mengandalkan tempurung kelapa yang berasal dari Blitar, Kediri, Tulungagung, Trenggalek dan Ponorogo. "Kualitas tempurung di sini terjamin," ujarnya.

Ia pernah membeli tempurung dari Sulawesi. Namun, lantaran tempurungnya lebih keras, mesin pemotong miliknya pun menjadi mudah tumpul. Ia lantas berhenti mengambil bahan baku dari sana.

Anas mendapatkan bahan baku dengan harga berkisar Rp 800 hingga Rp 1000 per kg, tergantung kualitas tempurung kelapa itu. "Kami biasa memanfaatkan tempurung kelapa dengan kualitas satu dan dua," jelas Anas. Menurutnya, kualitas tempurung di bawah itu hanya cocok digunakan untuk pembuatan arang. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar